Risih Dengar Lagu Vulgar Di Acara Nikahan Jawa

loading...
Haloo sobat media2give^^ Ketemu lagi nih dengan kalian di posting ini ya hehe.. Kali ini Saya akan berbagi informasi atau lebih pasnya sih berbagi cerita seputar Risih Dengar Lagu Vulgar Di Acara Nikahan Jawa.Berhubung Saya ini juga berasal dari suku Jawa dan tinggal di Jawa Tengah,wis mesti kerep ndelok acara nikahan (sudah sering melihat acara pernikahan).Kebetulan Saya tinggalnya di desa yang agak jauh dari perkotaan.Tapi jangan di kira tempat Saya itu pelosok lho ya hahaha.. 
 
Soalnya disini listrik udah ada,jalannya pun aspal semua dan teknologi nggak ketinggalan dengan orang-orang di kota.Cuma bedanya kalau di desa itu kondisi alamnya yang lebih asri daripada di kota.Maklumlah,di desa pasti pohon tumbuh dimana-mana,jadinya pemandangan ijo-ijo semua.Apalagi ngadem di dekat sawah pas sore tuh,dibawah pohon rindang merasakan angin berhembus sepoi-sepoi.Mantab bener deh buat nyantai hehe.. 
 
Balik lagi bicara soal pernikahan,di Jawa itu punya tradisi yang terdiri dari beberapa aturan dan masing-masing ada namanya sendiri.Saya sendiri nggak hafal tuh apa-apa aja sebutannya.Di desa,begitu ada yang Nduwe Gawe,sound/tape di siapkan beberapa hari sebelum acara serta menyiapkan tempatnya.Biasanya diawali dengan musik yang dibunyikan sehari sebelum di laksanakan kegiatannya.Mana bunyinya kenceng bener,malem-malem sampai nggak bisa tidur haha.. 
 
 
Nah,ketika tiba waktunya penyelenggaraan acara nikahan,tamu yang di undang menempati tempat yang di sediakan sambil mengikuti jalannya acara yang sudah ada urut-urutannya.Dan disitulah saatnya untuk “Jagong”,sebuah aktivitas yang dulu pas masih kecil paling males saya ikuti.Tapi kalau sekarang ya harus ikut untuk menghormati Sing Nduwe Gawe (yang punya acara).Perlu kalian ketahui,acara nikahan di desa itu prosesnya lama banget,bisa makan waktu berjam-jam,mungkin bisa 3 jam lebih.
 
Lain dengan di kota ya,kalau kelamaan ntar tamunya pada pulang duluan.Satu hal yang mengusik Saya ketika ada yang melangsungkan pernikahan ini adalah musik-musik yang di mainkan.Kadang ada lagu-lagu lawas,tembang Jawa dan Campursari Koplo.Nah,di bagian lagu Campursari ini yang kurang Saya suka.Kenapa? Sebagian lagu yang di mainkan ternyata mengandung lirik yang vulgar.Ambil contoh saja,lagu berjudul Ra Kuat Mbok yang di populerkan Ratna Antika.Liriknya kayak gini nih :
 
 
wis ra kuat aku, wis ra tahan aku
timbang engko paiman iki selak nesu
wis ra kuat aku, wis ra tahan aku
rabekno to mbok engko tak gawekne putu
 
Lirik itu mengandung makna seperti wanita yang udah ngebet pengen begituan sama cowok,bahkan udah nggak tahan lagi sehingga minta di kawinkan.Tujuannya untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya itu.Nanti dari hubungan intim tersebut akan menghasilkan anak yang sekaligus menjadi cucu dari Ibunya si cewek.Apa yang salah dari lirik itu? Kata-katanya dan siratan artinya terlalu berbau dewasa.
 
 
Coba bayangkan,masa hal-hal intim kayak gitu di umbar lewat lagu.Bukankah itu hal yang tabu? Eh,kok malah ini jadi lagu.Yang dengerin banyak pula.Kalau yang dengar anak-anak gimana? Padahal anak-anak itu sukanya meniru apa yang mereka dengar.Apakah lagu semacam itu tidak merusak moral? Saya langsung merasa aneh kalau lagu seperti itu di putar berulang-ulang,kayak nggak pantes gitu.Itu baru lagu ya,belum lagi penyanyi/sindennya.
 
Saya pernah melihat beberapa dari mereka menyanyi sambil joged-joged dan meliuk-liukkan tubuhnya dan berpose hot.Bahkan nih,para bapak-bapak pada seneng,ikutan joged bareng.Mungkin jadi bahan tontonan yang menyegarakan mata buat bapak-bapak itu.Senengnya liat yang seksi-seksi mulu hehehe.. Sungguh di sayangkan kalau sampai ada tontonan semacam itu karena menurut Saya kurang etis saja di acara pernikahan.
 
 
Udah terlalu over deh kalau di bilang hanya untuk hiburan semata.Selain itu ada lagi nih,tentang Campursari Sangkuriang atau apalah namanya yang sering menampilkan nyanyian sambil gojekan/bercanda yang menjurus ke arah vulgar.Dalam bagian itu ada sinden dan panyanyi cowok yang saling bergurau,yang di bahas nggak jauh-jauh dari Sex.Muncul kata-kata “di elus-elus mas,sing kenceng mas dll” dari gurauan itu.
 
 
Tak jarang topik pembicaraan selalu di sangkutkan ke bagian tubuh yang vital dari pria dan wanita.Yang Saya bingung,kok tradisi ini tetap ada ya? Apakah Sing Nduwe Gawe tidak mempedulikan kesopanan dari rangkaian hiburannya ya? Sing penting teko podho nyumbang (yang penting semua datang menyumbang uang) hehehe.. Lagune vulgar yo ben (lagunya vulgar ya biarin aja,nggak peduli).
 

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*